Shalat tahajud atau shalat malam (qiyamul lail) merupakan ibadah tambahan yang tidak pernah ditinggalkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Barang siapa yang rutin mengerjakan shalat tahajud insya Allah akan dimudahkan semua urusannya, dilapangkan hidupnya, dijauhkan dari kesengsaraan, kesukaran dan kesulitan hidup serta dimuliakan hidupnya .
Waktu untuk mengerjakan shalat malam terbentang dari sejak seseorang selesai menunaikan shalat isya hingga sebelum terbit fajar sebagai tanda permulaan waktu shalat subuh. Adapun waktu yang paling utama untuk menunaikan tahajud adalah pada akhir malam atau sering juga disebut sepertiga malam terakhir.
Qiyamul-Lail merupakan ibadah sunnah yang memiliki banyak keutamaan dan keistimewaan sebagaimana diterangkan di dalm Al-Quran dan As-Sunnah. Berikut ini beberapa keutamaannya, diantaranya:
1. Qiyamul-Lail merupakan shalat sunnah yang paling utama setelah shalat wajib yang 5 waktu.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pernah ditanya:
“Shalat apakah yang paling utama setelah shalat fardhu (yang lima waktu, pent) ?” beliau menjawab: “Shalat yang paling utama setelah shalat fardhu adalah shalat di tengah malam (shalat tahajjud).” (Diriwayatkan oleh imam Al-Bukhari dan Muslim).2. Barangsiapa menunaikan Qiyamul-Lail, berarti ia telah mentaati perintah Allah dan Rasul-Nya.
Hal ini sebagaimana dalam firman Allah Ta'ala:
“Dan pada sebagian malam hari, shalat tahajjudlah kamu sebagai ibadah nafilah bagimu, mudah-mudahan Rabb-mu mengangkatmu ke tempat yang terpuji.” (Terjemahan Al-Isro': 79).Dr. Muhammad Sulaiman Abdullah Al-Asyqor menerangkan: “At-Tahajjud adalah shalat di waktu malam sesudah bangun tidur. Adapun makna ayat “sebagai ibadah nafilah” yakni sebagai tambahan bagi ibadah-ibadah yang fardhu. Disebutkan bahwa shalat lail itu merupakan ibadah yang wajib bagi Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, dan sebagai ibadah tathawwu' (sunnah) bagi umat beliau.” (Lihat Zubdatut Tafsir, hal. 375 dan Tafsir Ibnu Katsir: III/54-55).
3. Melaksanakan Qiyamul Lail itu adalah kebiasaan orang-orang shaleh dan calon penghuni Surga.
Hal ini berdasarkan firman Allah Ta'ala:
“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa itu berada dalam taman-taman surga dan di mata air-mata air, sambil mengambil apa yang diberikan oleh Rabb mereka. Sesungguhnya mereka sebelum itu (di dunia) adalah orang-orang yang berbuat kebaikan, (yakni) mereka sedikit sekali tidur di waktu malam, dan di akhir-akhir malam mereka memohon ampun (kepada Allah).” (Terjemahan QS. Adz-Dzariyat: 15-18).Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
“Sebaik-baik orang adalah Abdullah (yakni Abdullah bin Umar bin Khaththab radhiyallahu 'anhuma, pent) seandainya ia mau shalat di waktu malam.”. (HR. Muslim No. 2478 dan 2479).
Dan diriwayatkan dari Abdullah bin 'Amr bin Al-'Ash radhiyallahu anhuma, ia berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pernah menasihatiku dengan sabdanya:
“Wahai Abdullah, janganlah engkau menjadi seperti si fulan, ia dahulu mengerjakan sholat malam, lalu ia meninggalkannya.” (HR. Imam al-Bukhari III/31, dan Muslim II/185).
4. Mengerjakan Qiyamul-Lail (shalat Tahajjud) adalah salah satu sebab dihapuskannya kesalahan-kesalahan dan terhindar dari dosa-dosa.
Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam:
“Hendaklah kalian melakukan shalat malam karena ia adalah kebiasaan orang-orang shaleh sebelum kalian, ia sebagai amal taqorrub bagi kalian kepada Allah, menjauhkan dosa, dan penghapus kesalahan.” (Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi (no. 3549), al-Hakim (I/308), dan al-Baihaqi (II/502), dari jalan Shahabat Abu Umamah al-Bahili radhiyallaahu anhu).
5. Mengerjakan Qiyamul-Lail (shalat Tahajjud) merupakan kemuliaan dan kewibawaan bagi seorang Mukmin.
Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam:
“Malaikat Jibril mendatangiku, lalu berkata: “Hai Muhammad, hiduplah sekehendakmu karena kamu (pasti) akan mati. Cintailah seseorang sekehendakmu karena kamu (pasti) akan berpisah dengannya. Dan beramallah sekehendakmu karena kamu (pasti) akan diberi balasan (oleh Allah pada hari Kiamat, pent). Dan ketahuilah, bahwa kemuliaan dan kewibawaan seorang Mukmin itu ada pada shalat malamnya, dan ia tidak merasa butuh kepada manusia.” (Diriwayatkan oleh al-Hakim IV/325, dan ia menshahihkannya, serta disepakati oleh imam adz-Dzahabi. Derajat Hadits ini dinyatakan Hasan oleh al-Mundziri dalam at-Targhiib wa at-Tarhiib I/640, dan Syaikh al-Albani dalam Silsilah Al-Ahaadiits ash-Shahiihah no. 831).
6. Barangsiapa yang mengerjakan Qiyamul Lail (shalat Tahajjud) dengan niat ikhlas karena Allah semata dan sesuai tuntunan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, maka ia akan terpelihara dari gangguan setan, dan ia akan bangun di pagi hari dalam keadan segar dan bersih jiwanya. Namun sebaliknya, barangsiapa yang meninggalkan Qiyamul Lail (shalat Tahajjud), Maka dia akan bangun di pagi hari dalam keaadan jiwanya dililit kekalutan (kejelekan) dan malas untuk beramal shaleh.
Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
“Setan mengikat tengkuk kepala seseorang dari kalian saat dia tidur dengan tiga tali ikatan, dimana pada tiap ikatan tersebut dia meletakkan godaan, “Kamu mempunyai malam yang sangat panjang, maka tidurlah dengan nyenyak.” Jika dia bangun dan mengingat Allah, maka lepaslah satu tali ikatan. Lalu jika dia berwudhu, maka lepaslah tali ikatan yang lainnya. Dan jika dia mendirikan sholat (malam), maka lepaslah seluruh tali ikatannya sehingga pada pagi harinya dia akan merasakan semangat & baik jiwanya. Namun bila dia tak melakukan hal itu, maka pagi harinya jiwanya menjadi jelek & menjadi malas beraktifitas”. (HR. Imam Al-Bukhari no. 1142, & Muslim no. 776).
Dan pada suatu hari pernah diceritakan kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam tentang seseorang yang tidur semalam suntuk hingga pagi (yakni tiba waktu Subuh tanpa melakukan Qiyamul-Lail, pent), maka beliau bersabda:
“Orang tersebut telah dikencingi setan di kedua telinganya.” (HR. Imam al-Bukhari dan Muslim).
7. Barangsiapa yang mengerjakan Qiyamul Lail (shalat Tahajjud), maka ia berkesempatan mendapatkan 1/3 (sepertiga) malam terakhir yang merupakan waktu dimana doa akan dikabulkan, dan dosa-dosa akan diampuni Allah Ta'ala bila ia memohon ampunan kepada-Nya.
Hal ini berdasarkan hadits shahih, Dari Jabir bin Abdillah dia berkata: Saya mendengar Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
“Sesungguhnya di waktu malam terdapat suatu saat, tidaklah seorang muslim mendapati saat itu, lalu dia memohon kebaikan kepada Allah Ta'ala dari urusan dunia maupun akhirat, melainkan Allah akan memberikannya kepadanya. Demikian itu terjadi pada setiap malam.” (HR. Muslim no. 757).Di dalam hadits shahih yang lain disebutkan bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
“Rabb kita (Allah Tabaraka wa Ta'ala) turun setiap malam ke langit dunia ketika masih tersisa sepertiga malam terakhir, lalu Dia berfirman: “Barangsiapa yang memohon ampun kepada-Ku, niscaya Aku mengampuninya. Barangsiapa yang memohon (sesuatu) kepada-Ku, niscaya Aku pun akan memberinya. Dan barangsiapa yang berdoa kepada-Ku, niscaya Aku akan mengabulkannya.” (HR. Imam al-Bukhari).8. Orang yang mengerjakan Qiyamul Lail secara kontinue (istiqomah) akan digolongkan ke dalam golongan orang-orang yang banyak berdzikir kepada Allah.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Barangsiapa yang bangun malam dan membangunkan istrinya, kemudian mereka berdua melaksanakan shalat dua rakaat, maka mereka berdua akan digolongkan ke dalam golongan para lelaki dan para wanita yang banyak berdzikir (mengingat) kepada Allah.”. (HR. Abu Daud no. 1309, Ibnu Majah no. 1335, dan dinyatakan Shahih oleh syaikh Al-Albani di dalam Misykaatu al-Mashoobiih: I/390).Demikian beberapa keutamaan Qiyamul-Lail (shalat Tahajjud) yang dapat kami sebutkan. Semoga Allah Ta'ala memberikan taufiq dan kemudahan kepada kita semua agar bersemangat dalam mengerjakannya dengan istiqamah hingga akhir hayat.[]