Sabtu, 09 Januari 2016

Kebenaran Akan Menang


Menapaki jalan kebenaran ibarat menggengam bara api, panas, menyengat, membakar bahkan terkadang nyawa yang menjadi taruhannya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi was sallam bersabda yang artinya ;
“Akan datang kepada manusia suatu zaman, orang yang berpegang teguh pada agamanya ibarat orang yang menggenggam  bara api” (HR. Tirmidzi no. 2260.)

Keberanian dalam menjaga kebenaran adalah harga mati yang harus dijaga dan di pertahankan, dirawat, dipelihara. Dahulu, para pemberani dari kalangan para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menorehkan dalam buku buku sejarah akan keberanian dan keteguhan mereka dalam menjaga dan mempertahankan kebenaran aqidah dan tauhid yang telah mereka genggam. Ya!!, betapa tidak, acapkali kebenaran itu taruhannya adalah orangtua sendiri. Mari kita sejenak merenungkan bagaimana sosok pemberani aqidah Saad bin Abi Waqqas radhiyallahu ‘anhu yang harus berani menjaga aqidah kebenarannya dihadapan desakan ibunda beliau untuk menanggalkan baju kebenaran, baju keselamatan dan kebahagiaan serta baju keabadian. Maka beliau berpijak dan berdiri kokoh ibarat gunung yang tak goyah, yang takkan gentar dengan kemarahan sang ibunda yang telah berhari-hari mengharamkan makanan dan minuman untuk dirinya sampai menyebabkan ibunya menjadi lemah, lumpuh dan kurus, namun sosok yang pemberani itu tetap tegar seraya berkata kepada sang ibunda tercinta ; “Ibu, sekalipun aku sangat mencintaimu, namun aku tetap lebih mencintai Allah dan Rasul-NYA. Demi Allah seandainya engkau mempunyai seribu nyawa lalu nyawa itu keluar dari jasad ibu satu persatu, aku tetap tidak akan pernah meninggalkan agamaku dengan alasan apapun”.

Mereka para pemberani kebenaran takkan pernah mundur dari gelanggang pertarungan antara kebenaran dan kebatilan. Dari sikap sahabat yang mulia tersebut Allah kemudian menurunkan ayat-NYA yang membenarkan akan keputusan yang begitu berani dari seorang murid terkemuka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam (yang artinya) ;
“Dan jika keduanya (kedua orang tua) memaksamu untuk mempersekutukan sesuatu dengan-KU yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya dan tetaplah pergauli keduanya di dunia dengan baik“ (Terjemahan QS. Lukman: 15).

Dalam lembaran sejarah keberanian yang lain, yang berpijak di atas kebenaran, seorang pejuang pembela al-Haq yang namanya akan terus terdengar dari mimbar mimbar masjid, namanya akan terus tersirat dalam lembaran lembaran buku keagungan, semangatnya akan terus membakar jiwa-jiwa yang haus akan kemuliaan, keperkasaannya, keberaniannya, pengorbanannya, keagungannya akan menjadi sejarah yang takkan pernah terkubur oleh tangan-tangan kemunafikan, yang takkan pernah tenggelam oleh bisikan bisikan kedurjanaan, dan yang takkan pernah pudar dari hati hati perindunya. Dialah sahabat yang agung, Abu Ubaidah bin Al Jarrah seorang laki laki yang ramah, sangat bertawadhu, sangat pemalu, tetapi jika suatu masalah penting menerpanya dan perkara genting menghadangnya maka dia akan berubah laksana singa yang mengaum yang menampakkan taring dan kuku-kukunya. Dalam perang Badar, Abu Ubaidah tampil sebagai sosok pemberani, pemusnah kekafiran, maka dengan pijakan beliau dalam kebenaran beliau harus menebus semua itu dengan menjadi pembunuh kekafiran yang ada pada Ayahnya sendiri, ayahnya tersungkur dan terkubur ke dalam tanah kekafirannya dengan tebasan pedang dari darah dagingnya sendiri yang kemudian Allah Mengabadikan dalam kitab-NYA akan apa yang dilakukan oleh Abu Ubaidah sebagaimana yang termaktub dalam surah Al-Mujadilah (yang artinya) ;
“Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-NYA, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak atau anak-anak atau saudara-saudara atau pun keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang mana Allah telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang dari-NYA dan Dia memasukkan mereka kedalam surga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai, mereka kekal didalamnya. Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada-NYA. Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah bahwa sesungguhnya golongan Allah itu adalah golongan yang beruntung.” (Terjemahan QS. Al- Mujadilah : 22).

Abu Ubaidah bukan membunuh Ayahnya , namun beliau membunuh kekafiran, kedurhakaan, kesombongan dan keangkuhan yang ada pada dirinya. Berat untuk menerima, berat untuk melangkah, namun kebenaran dan cinta pada Allah dan Rasul-NYA menjadi pijakan yang akan menjadikan semua rintangan mudah dan kecil untuk dilewati dan dilalui.

Kebenaran adalah cahaya keabadian, cahaya yang telah menerangi hati para Nabi, para Rasul, dan orang-orang shaleh, cahaya yang telah membuka mata yang buta, menenangkan jiwa yang goncang, melapangkan hati yang sempit, dan memasukkan jiwa-jiwa kedurjanaan kedalam islam dan iman. Cahaya kebenaran itu tak akan pernah redup, cahaya itu tak akan pernah padam, bahkan cahaya itu akan menerangi seluruh tanah dan bumi Allah. Dalam satu hadits yang di riwayatkan oleh Imam ibnu Hibban dalam shahihnya (yang artinya);
”Sesungguhnya Islam itu akan sampai ke bumi yang di lalui oleh malam dan siang, Allah tidak akan melewatkan seluruh kota dan pelosok desa, kecuali memasukkan agama ini ke daerah itu, dengan memuliakan orang-orang yang Allah muliakan, dan menghinakan orang-orang yang Allah hinakan”.
Tidak di ragukan lagi, bahwa kebenaran itu akan menang, kebenaran itu akan kokoh, sehingga bekalilah jiwa-jiwa dengan cahaya kebenaran, cahaya al-Qur’an yang merupakan sumber Abadi, sumber yang terpelihara dan terjaga yang tak akan pernah menghinakan para pecintanya. Ajarkanlah, didiklah, dekatkanlah, rangkullah diri anda, orangtua anda, saudara anda, keluarga dan kerabat anda untuk mereka menjadi pembela-pembela al-Qur’an.
Suatu umat akan senantiasa dalam kejayaan dan kemenangan selama mereka berpegang teguh pada kebenaran. Allah berfirman (yang artinya) ;
“Dan katakanlah ’yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap”.
(Terjemahan QS. Al Isra’ : 81)

Suatu umat akan menjadi sebaik baiknya umat selama mereka senantiasa menyeru pada kebenaran. Allah Azza wa Jalla berfirman (yang artinya);
”Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah”. (Terjemahan QS. Ali Imran : 110)
Suatu umat akan mampu melewati masa masa sulit ketika mereka senantiasa berjalan di atas kebenaran
Suatu umat tak akan pernah gentar dan takut selama mereka membentengi mereka dengan kebenaran sebagaimana firman Allah Azza wa Jalla (yang artinya):
”(Yaitu) orang-orang (yang menaati Allah dan Rasul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan, ‘sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka’, maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab, ‘cukuplah Allah menjadi penolong kami, dan Allah adalah sebaik-baik pelindung’.” (Terjemahan QS.  Ali Imran : 173)

Untuk menjadi seorang muslim yang bisa istiqamah dalam kebenaran, maka hendaklah dia meniti jalan yang mengantarkannya pada al Haq :

Kembali kepada Allah sembari datang kepada-NYA dengan penuh ketundukan dan ketidak berdayaan. Allah berfirman (yang artinya) :
”Dan kalau kami tidak memperkuat hatimu, niscaya kamu condong sedikit kepada mereka”. (Terjemahan QS. Al Isra’ : 74)

Mentadabburi al Qur’an dan mengamalkan kandungannya. Allah Azza wa Jalla berfirman (yang artinya) :
”Katakanlah, ’Ruhul Qudus (jibril) menurunkan Al-Qur’an itu dari tuhanmu dengan benar untuk meneguhkan (hati) orang-orang yang telah beriman, dan menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)”. (Terjemahan QS. An-Nahl : 102)

Senantiasa melaksanakan ketaatan kepada-NYA, dan menjauhi segala Larangan-NYA.
Memperbanyak dzikir kepada Allah Azza wa Jalla.  (Lihat QS. Al Ahzab : 41)

Dekat dengan para ulama Ahlussunah wal Jamaah yang senantiasa beramal di atas pijakan al Qur’an dan Sunnah Nabi. (Lihat QS. Ali Imran : 164).
Wallahu Ta’ala a’lam
.[]

Oleh Ustadz Mukran Usman, Lc. M.HI. (Dosen STIBA Makassar)
Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dibolehkan menyebarkan konten website ini tanpa perlu izin dengan tetap menyertakan sumbernya. Tim al-Balagh Media