![]() |
-Reruntuhan istana Persia- |
Berbicara mengenai kelompok sempalan syiah rafidhah maka yang paling -kelihatan- menonjol dari mereka adalah cinta yang berlebihan (ghuluw) terhadap ahlu bait Rasulullah shallallah ‘alaihi wasallam, khususnya ‘Ali bin Abu Thalib dan keturunannya Hasan dan Husein radhiallahu anhum, namun benarkah demikian adanya? Kemudian, mengapa mereka mencaci dan melaknat sahabat-sahabat yang lain khususnya Abu Bakar, Umar dan Ustman radhiyallah anhum jami’an? Benarkah itu semua hanya karena mereka merebut kekhalifahan dari tangan Ali dan keturunannya sebagaimana mereka tuduhkan?
Mari kita mundur sejenak ke belakang melihat pada sejarah, kemudian kita bertanya: Mengapa syiah banyak tersebar di Iran (Persia)?
Dahulu Persia adalah sebuah dinasti imperium yang kuat nan tangguh, sebanding dengan kekuatan imperium Romawi, bahkan keduanya berebut pengaruh dan kekuasaan di kawasan itu, tak jarang terjadi peperangan di antara keduanya, bahkan al-Quran pun mengabadikannya dalam surat ar-Ruum.
Persia dipimpin oleh para Kisra (raja-raja) dari keturunan keluarga Sassanid, orang-orang Persia majusi sangat mengkultuskan raja-raja mereka. Mereka percaya bahwa raja-raja mereka adalah pilihan langsung dari langit (Tuhan), sehingga pengagungan mereka kepada raja-raja mereka sangatlah berlebihan bahkan sampai kepada derajat ketuhanan.
Ketika sahabat Umar bin Khathab radhiyallahu ‘anhu menjadi khalifah kedua, maka ekspansi jihad pun semakin meluas mencapai kekaisaran Persia hingga meruntuhkan kekaisaran ini. Kemudian diakhiri dengan terbunuhnya raja terakhir mereka bernama Yazdajird pada zaman Khalifah Ustman bin Affan radhiyallahu ‘anhu. Nah, inilah yang menyebabkan api kebencian kaum majusi Persia membara, hingga pada puncaknya Abu Lu’lu’ (orang syi’ah menyebutnya baba syuja’) berhasil membunuh khalifah Umar bin Khathab dengan cara yang keji. Ia menikam khalifah Umar bin Khattab saat mendirikan shalat Subuh beberapa kali, salah satunya mengenai perut bagian bawah beliau, dan inilah yang paling mematikan… Sampai di sini api kebencian kaum majusi belumlah padam, namun terus membara walaupun sebagian mereka telah masuk Islam.
Disebutkan dalam sejarah bahwa raja Yazdajird memiliki seorang putri yang menjadi tawanan kaum muslimin, ia bernama Syaharbanu, karena ia adalah putri raja maka kaum muslimin memuliakannya, kemudian menikahkannya dengan cucunda Rasulullah shallallah ‘alaihi wasallam Husain bin ‘Ali radhiallah ‘anhuma setelah ia masuk Islam dan menjadi muslimah yang baik. Syaharbanu meninggal setelah melahirkan seorang tabiin yang mulia yang kemudian dikenal sebagai seorang ahli ibadah ‘Ali zainal ‘Abidin bin Husain, semoga Allah merahmatinya.
Di sinilah orang-orang yahudi mendapatkan celah untuk menebar fitnah, maka banyaklah dari orang-orang Persia yang masuk ke dalam sekte syiah, karena adanya persatuan antara darah keturunan raja-raja mereka dengan keturunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dan ini mereka jadikan kedok untuk menebar kebencian pada sahabat-sahabat yang lain khususnya Umar bin khatthob, dengan kedok inilah mereka mencaci maki dan melaknat para sahabat, mereka menganggap bahwa keturunan Ali zainal Abidin lah yang berhak menjadi Khalifah/imam karena pada dirinya mengalir darah suci ibunya keturunan keluarga sassanid.
Jelaslah di sini bahwa kebencian mereka pada khalifah Abu Bakar, Umar dan Ustman bukan karena mereka merebut kekhalifahan dari Ali bin Abu Thalib, tapi karena mereka telah meruntuhkan kekuasaan raja-raja mereka yang selama ini mereka kultuskan dan agungkan, cinta ahlu bait hanyalah kedok untuk menutupi kebusukan yang ada dalam hati mereka, semoga Allah ta’ala menghancurkan mereka dan mengokohkan barisan Ahlusnnah waljama’ah, amin.
Sumber: buku as-syiah wasunnah karya Syaikh Ihsan Ilahi Zhohir, semoga Allah merahmatinya.
(MarkazInayah.com)