Rabu, 20 Mei 2015

Rohingya, Saudara Muslim Kita




Siapa Rohingya?

Rohingya adalah sebuah etnik di negara Burma. Tahun 1989 Burma berubah nama menjadi Myanmar namun Rohingya pun tak terdaftar sebagai etnik di negaranya. Dari 137 etnik yang diakui di Myanmar, muslim Rohingya tak pernah mendapatkan pengakuan sebagai warga dalam sebuah negara. Padahal komunitas muslim Rohingya berjumlah sekitar 1,3 juta jiwa.

Warga Muslim Rohingya selama beberapa dekade menderita perlakuan sanksi diskriminasi di Myanmar. Tak hanya itu, serangan terhadap warga penganut agama minoritas oleh massa warga Buddha dalam tiga tahun belakangan itu telah memicu salah satu eksodus manusia perahu terbesar sejak Perang Vietnam, membuat lebih 100 ribu laki-laki, perempuan dan anak-anak mengungsi. Organisasi HAM, Human Rights Watch melaporkan, ada banyak warga Rohingya yang ditahan, dibunuh dan diperkosa oleh tentara Myanmar.

Etnik Rohingya disebut sebagai Stateless and Forgotten People (warga tanpa kewarganegaraan dan dilupakan).

Ribuan dari mereka menjadi manusia perahu (boat people). Berdasarkan pemantauan lembaga Arakan Project, yang khusus memonitor pergerakan kaum Rohingya selama lebih dari sedekade, ada sekitar 7.000 hingga 8.000 orang Rohingya yang berada di kapal-kapal di Selat Malaka. Mereka menunggu saat yang tepat untuk merapat ke Malaysia atau Indonesia guna mencari penghidupan yang lebih layak.

Beberapa waktu lalu, sebanyak 582 pengungsi Rohingya terdampar di pantai Aceh dengan kondisi yang memprihatinkan. Banyak diantara mereka menderita sakit karena kelaparan.

Kewajiban Menolong Sesama Muslim

Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan kaum Muslimin untuk menegakkan persaudaraan (ukhuwah). Hal itu termaktub dalam beberapa ayat di Al-Quranul Karim. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam dalam berbagai hadits juga memerintahkan ummatnya untuk melakukan hal yang sama.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

"Perumpamaan orang-orang yang beriman dalam hal saling mencintai dan berkasih sayang adalah ibarat satu tubuh; apabila satu organnya merasa sakit, maka seluruh tubuh akan sulit tidur dan merasa demam." (Riwayat Muslim)

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menekankan pentingnya membangun persaudaraan Islam dalam batasan-batasan praktis dalam bentuk saling peduli dan tolong menolong. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

"Barang siapa yang melepaskan satu kesusahan seorang mukmin, pasti Allah akan melepaskan darinya satu kesusahan pada hari kiamat. Barang siapa yang menjadikan mudah urusan orang lain, pasti Allah akan memudahkannya di dunia dan di akhirat. Barang siapa yang menutupi aib seorang muslim, pasti Allah akan menutupi aibnya di dunia dan di akhirat. Allah senantiasa menolong hamba Nya selama hamba Nya itu suka menolong saudaranya". (HR. Muslim)

Abu ‘abdillah As-Somali menulis, tingkatan termudah dari memenuhi hak saudaramu adalah membantunya dengan suka cita ketika ia meminta pertolonganmu dan kamu sanggup melakukannya.

Adapun tingkatan di atasnya, yakni membantu saudaramu tanpa diminta.

Tingkatan yang paling atas adalah mendahulukan kebutuhan saudaramu di atas kebutuhanmu sendiri.

Allah Ta’ala merekam bagaimana kaum Anshar di Madinah mencapai tingkatan tertinggi itu: “Juga penduduk Madinah yang ikhlas beriman sebelum datangnya Muhajirin. Mereka cinta kepada orang yang hijrah ke kota mereka. Tak ada pamrih dalam hatinya dari yang mereka berikan. Mereka lebih mengutamakan Muhajirin dari dirinya sekalipun mereka juga membutuhkannya.” (Terjemah QS. Al-Hasyr: 9)

Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhu juga telah mengingatkan agar tidak menunggu seseorang meminta bantuan kita karena itu akan mempermalukan dirinya.

Ibnu Qudamah rahimahullah mengatakan: Beberapa Sahabat dan orang-orang sesudahnya mengurus keluarga saudaranya sesama Muslim yang sudah meninggal, bahkan sampai 40 tahun!

Barangsiapa meringankan beban seorang mukmin dari suatu kecemasan ke kecemasan lain semasa hidupnya, Allah akan membebaskannya dari suatu kecemasan kekecemasan lainnya di Hari Kiamat.

Persaudaraan kaum muslim tidak saja merupakan aspek teoritis ideologi Islam tapi telah terbukti dalam praktek aktual pada kaum muslim terdahulu ketika mereka menyebarkan Islam kepenjuru dunia. Kemanapun orang-orang Arab muslim pergi apakah itu ke Afrika India atau daerah-daerah terpencil Asia mereka akan disambut hangat oleh orang-orang yang telah memeluk Islam tanpa melihat warna kulit ras atau agama lamanya. Tidak ada tempat dalam Islam bagi pemisahan kelas maupun kasta.

Dari penjelasan di atas bisa dipahami bahwa persaudaraan dalam Islam tidak dikungkung oleh batas negara juga tidak bisa dipisah oleh samudera. Semua yang telah mengikrarkan syahadat di belahan bumi manapun ia berada adalah saudara kita.

Penderitaan yang dialami oleh saudara kita juga mestinya menjadi perhatian kita. Bahkan saat iman tak bisa membuat hati kita tergerak, setidaknya apa yang menimpa mereka menyentil rasa kemanusiaan kita.

Kita sangat prihatin saat ratusan penumpang pesawat hilang ditelan lautan. Beberapa negara turut serta membantu untuk mencari dan mengangkat jenazah para korban. Berbagai alat canggih pun dikerahkan. Pencarian selama lebih 1 bulan tersebut pun menghabiskan milyaran rupiah. Tentu saja usaha tersebut sangat perlu untuk diapresiasi.

Saat ini, ribuan manusia terombang-ambing di tengah lautan dan terancam dengan angin muson yang kapan saja bisa bisa menenggelamkan kapal kayu mereka. Kesulitan mereka adalah ujian keimanan kita atau setidaknya ujian bagi kemanusiaan kita.

Jika macan kurus tak terurus di kebun binatang Surabaya hampir menghebohkan seluruh dunia, dan sempat membuat Indonesia jadi perhatian dunia, maka apakah hewan tersebut lebih berharga dari ribuan manusia yang terusir dari negerinya?

Padahal terbunuhnya seorang muslim tanpa hak yang dibenarkan adalah lebih berat di sisi Allah dibanding hancurnya dunia dan seisinya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, 
“Hancurnya dunia lebih ringan di sisi Allah dibandingkan terbunuhnya seorang muslim.” (HR an-Nasâ`i dan at-Tirmidzi)
Betapa Islam sangat menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.

Apa yang bisa kita lakukan?

Sejak tahun 1968 pemerintah Saudi telah mendukung kaum Rohingya. Kerajaan Arab Saudi telah memberikan izin tinggal (iqama) kepada 170 ribu pengungsi Muslim Rohingya di negara tersebut. Sementara jutaan penduduk Rohingya lainnya tengah menjalani proses penerimaan iqama. Bahkan kini, warga Rohingya bisa bebas bekerja, mendapatkan layanan medis dan menempuh pendidikan di sekolah pemerintah serta hak-hak warga negara lainnya.

Kita pun patut mengapresiasi negara Turki yang, saat ini Angkatan Laut Tentara Nasional Turki sedang melakukan upaya untuk mencapai kapal Muslim Rohingya yang terdampar di lepas pantai Thailand dan Malaysia. Mereka bertindak atas perintah Panglima, Perdana Menteri, dan Presidennya untuk membantu melindungi, mengarahkan, memberi bantuan makanan dan bahan bakar agar tiba dengan selamat di Turki kemudian diberikan tempat tinggal yang layak bagi mereka.

Indonesia sebagai negara muslim terbesar di dunia dan negara tetangga asal dari pengungsi Rohingya selayaknya mencontoh dua negara muslim tersebut.

Alhamdulillah berbagai LSM di Indonesia telah membuka posko-posko bantuan untuk membantu pengungsi Rohingya yang kini terdampar di Aceh. Mari memanfaatkan momen ini untuk membuktikan kepedulian kita kepada mereka. Sisihkan sebagian dari rezeki yang Allah titipkan kepada kita untuk membantu meringankan penderitaan  Saudara Muslim kita, Rohingya.[*]

-----------------

Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dibolehkan menyebarkan konten website ini tanpa perlu izin dengan tetap menyertakan sumbernya. Tim al-Balagh Media