Oleh: Zulkifli Tri Darmawan
Islam merupakan agama yang dengannya berbagai perbedaan dapat disatukan dalam sebuah bingkai ukhuwah. Dalam perjalanannya, Islam memegang peranan penting dalam mengawal kesatuan ummat dalam masa-masa perjuangan kemerdekaan Indonesia. Para santri yang tergabung dalam laskar perjuangan pembebasan negara ini telah membuktikan bahwasanya perjuangan yang dilatarbelakangi oleh rasa persaudaraan dan persatuan akan mampu mengusir penjajahan yang telah mengangkangi bumi pertiwi selama beberapa abad.
Allah Subhanahu wa Ta'ala mengingatkan kita akan pentingnya menjaga persatuan dan kesatuan ummat ini di dalam Al-Qur’an (yang artinya),
”Mereka diliputi kehinaan dimana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia...” (Terjemahan QS. Ali Imran: 112).
Ayat tersebut menjelaskan kepada kita bahwa kehinaan dan kelemahan yang dialami ummat-ummat terdahulu diantara faktor penyebabnya adalah terpecah belahnya mereka dengan beragam budaya jahiliyah dimasanya. Hingga pada akhirnya Islam dengan balutan cinta dan kasih yang berpadu dengan nilai-nilai moralis, membuat setiap manusia semakin terpesona akan keindahan ajarannya dan merekatkan mereka dalam persaudaraan yang hakiki, ukhuwah islamiyah.
Islam telah membuktikan bahwa dengan sentuhan cinta dan kasih perbedaan strata bisa menyatu dalam persaudaraan yang kuat. Inilah kisah dimana seorang yang berasal dari keluarga dan kabilah yang terhormat dimasanya bisa menjadi saudara karib atas seorang yang dalam kesehariannya hanya sebatas budak. Beliau bernama Abu Hudzaifah bin Utbah radhiyallahu 'anhu yang dipersaudarakan oleh Islam dengan Salim radhiyallahu 'anhu. Hingga pada akhirnya keduanya pun hidup dan meninggal secara bersamaan saat terjadi pertempuran di Yamamah, dimana dalam pertempuran ini kaum muslimin yang dipimpin oleh Khalid bin Walid radhiyallahu ‘anhu memerangi Musailamah Al Kadzzab yang mengangkat dirinya sebagai sebagai Nabi beserta kaum Bani Hanifah yang mendukungnya.
Hingga pada suatu momen tatkala Salim yang memegang panji perang terkena anak panah begitu pun dengan saudaranya Abu Hudzaifah yang sama-sama terkena anak panah gugur sebagai syuhadah demi meninggikan kalimat Allah Ta'ala di atas kesombongan dari seorang manusia zhalim.
Di zaman jahiliyah, suku Khazraj dan suku Auz merupakan suku besar yang menempati kota Medinah bermusuhan sejak lama. Mereka berperang kurang lebih 120 tahun lamanya lantaran persoalan dendam lama yang tak kunjung ada habisnya hingga Islam datang mempersaudarakan keduanya. Dengan masuknya mereka kedalam Islam, maka darah, harta, serta kehormatan mereka menjadi tanggungan keduanya. Tidaklah Islam datang kesuatu negeri kecuali dengan datangnya maslahat serta kebaikan demi kebaikan akan terpancar di negeri tersebut sekalipun dahulunya negeri itu tandus akan keimanan kepada Allah Subahanahu Wa Ta'ala.
Dalam piagam Madinah yang dibuat oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Diantara bunyi piagam tersebut adalah,” Bismillahirrahmanirrahim. Inilah piagam dari Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam antara orang-orang mukmin, orang-orang muslim, dari kalangan Quraisy (Muhajirin) dan Yastrib (Anshar) dan orang-orang yang mengikuti dan menyertai mereka dan yang berjihad bersama mereka, sesungguhnya mereka itu ummat yang satu, yang berbeda dari yang lainnya”.
Islam datang untuk menyatukan umat manusia di atas iman dan menghapus segala bentuk perpecahan ala jahiliyah.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
"Sesungguhnya Allah meridhai kamu dalam tiga perkara, meridhai kamu menyembah-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun; kamu berpegang teguh pada tali (agama) Allah dan tidak bercerai-berai; dan kamu mengikhlaskan kecintaanmu terhadap orang yang diberi kekuasaan oleh Allah atau urusanmu. Dia membencimu dalam tiga perkara, yaitu cerita dari mulut ke mulut; terlalu banyak meminta; dan menyia-nyiakan harta”. (HR. Muslim).Dengan dekap ukhuwah yang kita rajut secara bersama-sama maka tentunya ridha Allah akan selalu menaungi kita semua. Apabila masalah ini sudah tidak lagi diperhatikan oleh kaum muslimin maka kelemahan, keterpurukan dan kehancuran akan senantiasa mengintai kita, na’udzubillah.
Hilangnya kekuatan ummat
Salah satu penyebab kelemahan ummat Islam pada masa kini disebabkan karena mereka saling berpecah belah, membuat beragam macam sekte dan golongan-golongannya dalam agama, sampai kepada permusuhan yang berujung kehancuran. Allah Azza Wa Jalla berfirman di dalam kitab-Nya yang mulia (yang artinya),
”Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar” (Terjemahan QS. Al-Anfal: 46).
Saat ini ummat Islam yang jumlahnya begitu besar, bahkan dalam sebuah data ilmiah dikatakan bahwa jumlah kaum muslimin mencapai 1,6 milyar, karena lemahnya persatuan diantara mereka menyebabkan tidak berdaya layaknya tubuh yang persendiannya putus dan bercerai berai.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
"Seorang mukmin bagi mukmin yang lain itu laksana bangunan yang masing-masing bagiannya akan saling menguatkan satu sama lain” (HR Ahmad, at-Tirmidzi, dan an-Nasa'i).
Mendapat adzab yang besar
“Janganlah kalian menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat” (Terjemahan QS Ali Imran: 105).Pada saat perang Uhud, kaum muslimin dengan pasukan pemanahnya yang begitu rapi pertahannya justru rapuh disaat sebagian besar dari pasukan pemanah meninggalkan pos-pos mereka demi mengejar kenikmatan dunia berupa ghanimah atau harta rampasan perang. Kaum muslimin pun menderita kekalahan dan kerugian yang tidak sedikit pada saat itu.
Itulah contoh akibat buruk jika perpecahan menggerogoti kaum muslimin. Tiada lagi yang bisa kita harapkan, jika seyogyanya tubuh ini kuat sekalipun tak akan mampu berbuat apa-apa tanpa adanya bantuan, dorongan, serta motivasi dari para saudara-saudara seiman kita.
Ba’da karunia dan rahmat dari Allah Ta’ala, tidaklah negeri tercinta ini merdeka dari belenggu penjajahan baik Belanda maupun Jepang, jika sekiranya tidak terdapat kesatuan diantara para pengusung-pengusung kemerdekaan.
Apabila kita menginginkan perubahan itu terjadi, maka mulailah dari sekarang bangun kekerabatan, saling cinta mencintai, menghindari prasangka yang tidak-tidak kepada saudara sendiri. Perubahan akan terjadi apabila diantara kita terjalin hubungan yang harmonis dalam balutan ukhuwah yang erat di atas akidah tauhid yang kuat.
Mungkinkah hal tersebut dapat terjadi, toh menjaga kerukunan keluarga sendiri masih sangat sulit untuk kita lakukan apalagi menjaga kesatuan ummat. Kaum muslimin yang kami cintai, ingatlah bahwa tiada pisau yang tajam tanpa diasah, tiada orang yang pandai tanpa belajar. Semuanya bisa dilakukan dengan adanya keinginan yang kuat dari masing-masing pribadi kita.
Mari mendalami agama ini dengan baik, berpegang teguh pada al-Qur’an dan sunnah, mari senantiasa bertolong menolong dalam kebaikan sebagaimana perintah Allah Ta’ala (yang artinya),
"Saling tolong menolonglah kamu dalam kebaikan dan janganlah tolong menolong dalam keburukan dan dosa” (Terjemahan QS. Al Maaidah: 2).Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala senantiasa memberikan taufiknya kepada kita dalam berislam dan mengaruniakan nikmat indahnay ukhuwah di atas keimanan dan tauhid. Wallahu Ta'ala a'lam bish shawaab. []