Rabu, 13 Januari 2016
Catatan Kader Wahdah Islamiyah: Terrorist? Are We?
Assalamu’alaikum, everyone!
Nama saya Nur Rissa Maharany, seorang perempuan kelahiran Baubau, suatu kota di Sulawesi Tenggara, tepatnya di Pulau Buton. Saya seorang mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Halu Oleo Kendari, sebenarnya sudah lulus S1 dan dapat gelar sarjana bulan lalu tetapi tetap saja bagi mahasiswa kedokteran, gelar S.Ked di belakang nama itu tidak merubah status, kami masih seorang mahasiswa yang harus bayar SPP lagi, masih harus belajar terus, masih ujian hampir tiap bulan, and our goal is to get tittle “dr” in front of our name. Ups, sorry, tulisan ini bukan dibuat untuk memperkenalkan diri saya –memang saya siapa?? Hehe. Saya ingin menulis suatu opini, tanggapan, pendapat, tentang “hot issue” yang ramai on my timeline facebook ataupun twitter, tentang tayangan di satu channel TV Nasional kita, sebut merek saja ya, Metro TV, yang menampilkan beberapa daftar jaringan teroris katanya dan secara mengejutkan “Wahdah Islamiyah” di bawah pimpinan Ustadz Zaitun Rasmin termasuk di dalamnya. Tulisan ini mungkin bukan suatu tulisan ilmiah –karena saya memang bukan seorang cendikiawan muslim. Jangan harap tulisan ini akan memuat sejarah berdirinya Wahdah Islamiyah, metode dakwahnya, bantahan ilmiah dan sebagainya, tidak akan. Tulisan ini murni pendapat dan pengalaman-pengalaman saya sendiri saja.
Well, dengan bangga, saya katakan bahwa saya adalah salah satu dari, emm, mungkin puluhan ribu atau ratusan ribu Kader Wahdah Islamiyah. Sama bangganya ketika saya mengatakan bahwa saya adalah anak Ayah saya, sama bangganya dengan saat saya bilang bahwa saya adalah seorang kelahiran Baubau, my lovely hometown, yang punya benteng terluas di dunia, yang punya banyak wisata pantai (err, mungkin perlu tulisan khusus untuk menjelaskan Baubau, hehe). Dan sama bangganya dengan ketika saya memperkenalkan diri sebagai seorang akhawat/muslimah berjilbab besar alias lebar, serta sama bangganya dengan saat saya berikrar bahwa “I am a Moeslim, and I’m proud”. Mungkin sebagian dari kalian bakalan bilang, “huu, tuh kan, fanatik kelompok, ekstrim!”. Yah, terserah, tapi satu hal yang ingin saya sampaikan, semenjak di awal saya tarbiyah/ngaji di Wahdah Islamiyah, murabbiyah/ustadzah saya sudah terlebih dahulu menanamkan di kepala kami, bahwa lembaga ini hanya dijadikan sebagai “kapal” untuk berjuang bersama-sama di dalamnya untuk menuju tujuan yang sama yaitu meraih surga. Namun, bukan berarti yang masuk surga cuma anggota Wahdah Islamiyah saja, bukan berarti orang yang tidak masuk di Wahdah adalah penghuni neraka, juga tidak benar bahwa kalau masuk Wahdah Islamiyah pasti masuk surga, haha, sama sekali tidak ada jaminan. Dengan bangga (lagi), saya mengatakan bahwa kesetiaan kami bukan pada orang atau kelompok, kesetiaan saya bukan pada Murabbiyah saya, bukan pada Ketua Lembaga saya, bukan pada Ustadz Zaitun Rasmin, bukan kepada Ormas Wahdah Islamiyah, melainkan kepada Allah dan Rasul-Nya. Selama kelompok/lembaga ini menjalankan prinsipnya alias syariat Islam, tidak mengkhianati Allah dan Rasul-Nya, maka It’s Okay. Tapi andaikata lembaga ini menyimpang dari Allah dan Rasul-Nya, jika saja misalnya Lembaga ini meng-halal-kan TERORISME, dan andaikan di kelompok-kelompok tarbiyah yang diajarkan adalah ‘Cara Membuat BOM’, atau mungkin ormas ini mau berubah jadi partai politik misalnya, hehe, maka dengan TEGAS dan TANPA RAGU kita akan “berpindah kapal”, kita akan berhenti menuntut ilmu di Wahdah Islamiyah. Ini baru dibahas tentang ISU FANATISME KELOMPOK, ini belum mengerucut soal ISU TERORISME yang akhir-akhir ini sangat seksi untuk di bahas di media-media (semenjak peristiwa WTC dan Bom Bali, serta kembali hot setelah munculnya ISIS dan paling terakhir ini Teror di Paris). Kembali saya tegaskan bahwa kami tidak pernah di ajarkan untuk fanatik pada kelompok/organisasi tertentu, tetapi kami setia pada agama kami Islam, setia pada Allah dan Rasul-Nya.
Mungkin seperti kader Wahdah Islamiyah lainnya, saya berada di lembaga ini bukan karena diajak dengan kalimat “Ayok, masuk Wahdah Islamiyah, yuk!”. Tentu bukan. Kebanyakan dari kami diajak dengan kalimat “Belajar ngaji, yuk!”, “Mengenal Islam, yuk!”, “Perbaiki bacaan Al-Qur’an, yuk!”. Satu-dua mau dengan sekali ajakan, banyak juga yang baru mau setelah ratusan kali ajakan, dan sangat banyak yang tak pernah mau bahkan setelah ribuan kali ajakan (Miris, ya? Negara mayoritas Muslim tapi susah diajak belajar ngaji). Tapi tidak sedikit juga yang datang karena memang keinginan diri sendiri untuk belajar Islam, mengenal agama sendiri. Iya, keinginan sendiri, mencari sendiri, bukan diajak orang lain. Dan memang, ketika kami memulai aktivitas tarbiyah/ngaji, yang kami dapatkan adalah ilmu agama, perbaikan tajwid dan bacaan Al-Qur’an, mengenal agama kita sendiri, bukannya bagaimana cara memperkaya ormas dan sejenisnya, apalagi melawan pemerintah, ataupun cara membuat BOM. Haha.
Saya bahkan saat memulai tarbiyah/ngaji tidak tahu bahwa saya sedang berada di suatu lembaga ataupun ormas Islam (maklum, waktu itu masih ‘polos’, tidak mengerti soal organisasi dan sebagainya, hehe), karena memang fokus kegiatan di tarbiyah adalah belajar ilmu agama tiap pekan dan perbaikan bacaan Al-Qur’an bersama teman-teman saya dan diajar oleh seorang murabbiyah/ustadzah. Saya mulai tarbiyah waktu itu sekitar tahun 2012, malah aktif dan rutin nanti di sekitar awal tahun 2013. Saya baru tahu nama “Wahdah Islamiyah” justru setelah berbulan-bulan tarbiyah, itupun karena setelah diberi undangan untuk menghadiri acara-acara seperti ta’lim, tarbiyah gabungan, tabligh akbar, sampai acara besar seperti Dialog dan Seminar Islami yang diselenggarakan oleh ormas Wahdah Islamiyah. Nah, ini juga membuktikan bahwa Wahdah Islamiyah itu bukan ormas Islam yang rahasia, yang menutup diri, sama sekali tidak. Wahdah Islamiyah sangat sering membuat event-event besar seperti Dialog dan Seminar Islami ataupun Tabligh Akbar yang berskala besar yang terbuka untuk umum dan dihadiri oleh ribuan orang, bahkan mengundang pemerintah ataupun Kepala Daerah. Nanti akan kita bahas event besar yang saya maksud ini, sabarr.
grin emotikon
Nah, setelah mengetahui nama “Wahdah Islamiyah” jadilah saya kepo dan ingin tahu, sejarah berdirinya, ketuanya, visi dan misinya, dan sebagainya. Tetapi, mungkin banyak yang sudah tahu dan mengalaminya sendiri, jika kita masukkan keyword “Wahdah Islamiyah” pada mbah kiyai Google, yang muncul adalah eng ing eng.. terpampang judul besar KESESATAN WAHDAH ISLAMIYAH, bahkan berjilid-jilid mulai dari jilid 1 sampai entah jilid berapa. Sempat kaget juga ketika baca judulnya, tapi (tumben) otak kritis saya jalan waktu itu, tidak lantas menerima. Pertanyaan-pertanyaan yang muncul di kepala waktu itu adalah “masa sih?” “alasannya apa?”. Jadilah saya membaca tulisan itu tanpa melewatkannya, tapi yang ada setelah membaca adalah rasa heran, karena selama tarbiyah dan berada cukup lama menuntut ilmu di Wahdah Islamiyah saya tidak pernah menemukan apa yang dituduhkan pada tulisan tersebut. Sejauh ini saya juga tidak pernah menemukan ada kader atau muslimah-muslimah yang berhenti tarbiyah setelah membaca artikel itu (ini sepengetahuan saya ya). Iya, karena kita sadar, kita tidak pernah menemukan seperti apa yang dituduhkan, bukan berarti si penulis itu bohong ya, yah mungkin bisa saja yang dia temui adalah “oknum” atau miss-interpretation alias keliru menginterpretasikan saja. Karena penulis tulisan itu adalah saudara kita sesama muslim juga. Yang disayangkan adalah orang-orang luar, yang tidak tahu apa-apa tentang Wahdah dan kemudian menggunakannya untuk men-judge seenaknya, bilang ,”Tuh, ormas kamu sesat! Banyak artikelnya di internet!” Jadi, karena masih tidak percaya dengan tulisan itu, saya berusaha mencari tentang tanggapan pihak Wahdah Islamiyah tentang tulisan itu, yah memang seharusnya kita menilai dari dua sisi. Dan kemudian saya dapatkan tulisan yang merupakan balasan dari tuduhan itu, judulnya adalah PEMBELAAN TERHADAP KESESATAN WAHDAH ISLAMIYAH yang juga terdiri dari beberapa jilid dan ditulis oleh para asatidzah Wahdah Islamiyah. Silahkan di-search sendiri ya, dan kalian akan menemukan betapa bersahaja-nya tulisan ustadz yang menulis pembelaan tersebut. Eh, maaf, salah fokus.
grin emotikon
Kalau soal ISU TERORISME, RADIKAL, dan sebagainya, ini jelas fitnah ya. Bahkan untuk membangkang dengan pemerintah tidak diperbolehkan, apalagi buat BOM? Bunuh diri dengan alasan apapun itu tidak boleh. Apalagi membunuh orang dalam jumlah yang massif? Ataukah ciri teroris dan radikal itu adalah celana cingkrang dan jenggot bagi laki-laki ataupun jilbab besar dan bercadar bagi perempuan? Jadi kalau kita pakai jilbab besar dengan warna gelap lantas kita adalah golongan ekstrim? Dituduh ekstrim oleh orang lain saja tidak enak, apalagi kalau yang mengatakan itu adalah orang terdekat. (Hiks, curhat nih gue, haha)
smile emotikon
Saya ingat, setahun yang lalu kata salah seorang kakak yang juga kader Wahdah, “Hari ini mungkin kita masih diuji dengan masalah internal kita, tapi bisa jadi esok lusa kita akan diserang dari eksternal, dari orang-orang Syiah, orang-orang Liberal dan musuh-musuh Islam lainnya”. Saya sangat setuju, apalagi dengan program yang dicanangkan Wahdah Islamiyah sejak 2015 lalu yaitu GETARNUS (Gema Tarbiyah Al Qur’an Nusantara) yang mempunyai misi untuk menggetarkan Nusantara dengan Tarbiyah dan Al Qur’an. Berusaha mengembalikan Kejayaan Umat Islam dengan memberikan solusi Abadi yaitu kembali kepada Al-Qur’an dan Sunnah. Kalian bisa search sendiri beritanya di google, Launching GETARNUS di bulan Januari 2015 dihadiri oleh ribuan orang, kemudian Majelis Akbar Relawan Qur’an (MARQ) yang diselenggarakan oleh Tim Getarnus Wahdah Islamiyah pada bulan Mei di Makassar dihadiri lebih dari 5000 orang MUSLIM menghadirkan walikota Makassar, kemudian MARQ di kota kami Kendari bulan Juni lalu dihadiri sekitar 3000 orang MUSLIM dan MUSLIMAH, belum lagi di kota/kabupaten lainnya di Indonesia, silahkan search di google. Musuh Islam mana yang tidak gentar dengan program GETARNUS ini? Kelompok anti-islam mana yang tidak geram dan marah dengan berbondong-bondonya muslim untuk ngaji dan tarbiyah? Maka tak heran lagi, jika kita dibombardir dengan berbagai fitnah dan tuduhan dari para musuh-musuh Islam!
Sebenarnya tulisan ini ingin saya selesaikan sampai di sini saja. Tetapi kalimat-kalimat setelah ini sangat sayang untuk tidak saya bagikan.
Jujur, berada di ormas ini, mengajarkan saya tentang optimisme dan mujahadah (semangat juang) yang tinggi, meski sampai saat ini saya MASIH TERUS TERSEOK-SEOK dan MERANGKAK untuk menjadi Muslimah yang optimis dan punya semangat juang. Mengajarkan optimisme soal apa? Soal kejayaan Islam, bahwa kembalinya Peradaban pada Ummat Islam itu sudah semakin dekat. Dengan cara apa? Dengan cara mengajak semua orang untuk tarbiyah, sederhananya, mengenal dan kembali kepada Al-Qur’an dan Sunnah. Semudah itu? Iya, kalau banyak dokter muslim atau mahasiswa muslim kedokteran ikut tarbiyah, maka dengan mudah kita mendirikan Rumah Sakit yang Syar’i. Kalau banyak orang yang bergelut di bidang ekonomi ataupun mahasiswa ekonomi ikut tarbiyah maka dengan mudah kita akan menegakkan ekonomi bersistem syariah. Begitu pula soal hukum dan lain sebagainya. Karena setiap muslim yang trabiyah paham, bahwa tidak ada sistem yang paling sempurna selain berdasarkan Al Qur’an dan Sunnah. Dengan begitu, Khilafah Islamiyah bukan suatu mimpi di siang bolong. Wahdah Islamiyah memang bukan ormas yang selalu menggembar-gemborkan Khilafah, tapi ormas ini tahu harus memperjuangkan tegaknya Khilafah dengan cara apa.
Wokeh, maaf kalau tulisan ini tidak bisa membuktikan secara ilmiah bahwa Wahdah Islamiyah bukan jaringan teroris. Ini hanya berdasarkan pengalaman dan pendapat pribadi. Sorry juga kalau ada yang salah fokus, ada jokes alias becanda-becandanya di sana-sini. Maaf juga karena ada curhat colongan. Hehe. Anyway, thank you for reading this.
-Nur Rissa Maharany-
Artikel Terkait

Langganan:
Posting Komentar (Atom)