Jumat, 15 Januari 2016

Dua Pondasi Kemuliaan dan Kejayaan




Oleh: Ustadz Mukran Usman, Lc. M.H.I.

Bila suatu umat menginginkan kemuliaan dan kejayaan, maka belajarlah, membacalah, bercontohlah sebagaimana umat terdahulu telah Allah jayakan dan muliakan serta menangkan dari semua musuh-musuh-NYA. Dengarkan perkataan seorang Ulama Islam imam Malik Rahimahullahu Ta'ala, Imam darul hijrah yang berkata “tidak akan baik (jaya) umat ini kalau mereka tidak mengikuti bagaimana umat terdahulu telah Allah jayakan”.

Ya!, Allah telah menjayakan mereka, Allah telah berikan di tangan mereka pintu-pintu kemenangan, maka betapa sangat butuhnya umat ini untuk berada dan berjalan serta meniti dalam jalan yang mereka telah tempuh, yaitu jalan para Nabi-nabi Allah, orang-orang shaleh yang telah mendapat petunjuk dari-NYA.
Bukanlah hal yang datang begitu saja tanpa ada usaha dan kerja nyata yang telah dilakukan oleh umat dan generasi kejayaan tersebut sehingga mereka sampai kepada puncak kegemilangan dan puncak kekuasaan, namun mereka telah berbuat, mereka telah bekerja dan mereka telah membangun kekuatan mereka dengan sekuat-kuatnya sehingga bangunan kejayaan yang mereka buat tak mudah untuk goncang apatah lagi harus roboh.

Ya!, bangunan itu begitu tangguh dan kokoh sampai untuk merobohkannya tak semudah merobohkan bangunan pencakar langit yang ada hari ini. Simaklah dan hayatilah bagaimana pondasi kemuliaan dan kejayaan yang telah mereka persiapkan, yang telah mereka tanam sehingga menjadi pondasi yang berumur beratus-ratus tahun lamanya, yang mampu menyinari timur dan barat, utara dan selatan dan mampu memadamkan kekuatan keangkaramurkaan, kesombongan dan keangkuhan  di bumi Allah Azza wa Jalla.

Pondasi  mereka yang pertama ada pada keimanan mereka yang begitu kuat. Keimanan yang tak akan goyah dengan badai fitnah yang datang menerpa, keimanan yang tak akan dijual dengan harga yang sedikit dari dunia, keimanan yang tak akan tunduk dibawah tekanan siapapun.

Ketika keimanan mereka diuji dengan dikatakan bahwa jumlah musuh yang akan merongrong mereka sangat banyak, sangat besar, maka mereka orang-orang beriman itu akan berkata :
"Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah...” (Terjemahan QS. Al-Baqarah: 249)
Ketika keimanan mereka diuji dengan dikatakan bahwa musuh-musuh mereka akan merencanakan makar dan tipu daya yang besar, maka mereka orang-orang beriman akan menyambutnya seraya berkata :
“Orang-orang kafir itu membuat tipu daya, dan Allah membalas tipu daya mereka itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya”. (Terjemahan QS. Al-Imran : 54)
Ketika keimanan mereka diuji dengan dikatakan bahwa musuh-musuh mereka akan mengerahkan semua harta yang mereka miliki untuk memusnahkan dan menghancurkan kekuatan iman, maka mereka orang-orang beriman menyambut ancaman tersebut sambil tersenyum seraya berkata :
“Sesungguhnya orang-orang kafir itu menafkahkan harta mereka untuk menghalangi orang dari jalan Allah. Mereka akan menafkahkan harta itu, kemudian menjadi sesalan bagi mereka, dan mereka akan dikalahkan. Dan kedalam neraka jahannamlah orang-orang kafir itu dikumpulkan”. (Terjemahan QS. Al-anfal : 36)
Ketika keimanan mereka diuji dengan dikatakan bahwa orang-orang kafir telah membuat benteng yang kokoh yang tidak akan mampu untuk dihancurkan dan diruntuhkan, maka mereka orang-orang beriman akan berkata :
"kamu tiada menyangka, bahwa mereka akan keluar dan mereka pun yakin, bahwa benteng-benteng mereka akan dapat mempertahankan mereka dari (siksaan) Allah; maka Allah mendatangkan kepada mereka hukuman dari arah yang tidak mereka sangka-sangka…”. (Terjemahan QS. Al-Hasyr : 2)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menjadi panutan dan teladan mereka orang-orang beriman dalam menjaga dan mempertahankan keimanan. Rasulullah dicela, diejek, difitnah , diancam dan disiksa, namum beliau tidak mundur sejengkal pun dari keimanannya. Rasulullah pernah ditawari kerajaan arab, kekuasaan, harta, dunia, untuk melepas baju keimanan beliau, namun beliau kokoh dan tegar dalam menjaga cahaya iman seraya berkata : “Jikalau sekiranya mereka orang-orang kafir meletakkan matahari di tangan kananku, dan meletakkan bulan di tangan kiriku, untuk Aku melepaskan Agama ini (dakwah kepada Allah) maka Aku tak akan melakukannya”.

Demikian pula keimanan yang ada pada orang-orang terdekat Rasulullah seperti Abu Bakar As-Siddiq, yang sampai Umar bin Al Khattab pernah berkata tentang kekuatan iman pada diri mertua Rasulullah tersebut: ”Jikalau sekiranya keimanan Abu Bakar ditimbang dengan keimanan semua umat Rasulullah, maka keimanan Abu Bakar lebih berat”.

Keimanan mereka pulalah yang mampu menghilangkan semua baju kemunafikan dan dosa, untuk segera mendapatkan ampunan dan kemulian serta kemenangan di dunia dan akhirat dari Allah Azza wa Jalla. Wanita al-Ghomidiyah yang telah berzina lalu datang kepada Rasululah untuk meminta penegakan hukum Allah pada dirinya. Wanita itu datang untuk meminta dirajam sebagai taubat beliau dan mohon ampun beliau pada Allah. Rasulullah tidak langsung merajamnya, namun Rasulullah meminta untuk dirinya pulang dan menunggu sampai wanita itu melahirkan. Wanita itu menanti dan menunggu sampai tiba waktu anak yang dikandungnya lahir ke bumi, lahir sebagai anak yang tak berdosa. Maka, wanita itu kembali datang kepada Rasulullah bersama bayi yang telah dilahirkannya, meminta untuk secepatnya Rasulullah mensucikannya dari dosa zina yang telah dilakukannya. Namun, wanita itu harus pulang dengan kesedihan yang begitu dalam, Rasulullah memintanya untuk menyapih bayi tersebut selama dua tahun sampai bayi tersebut bisa makan. Kesedihan Nampak pada diri wanita itu, sedih karena lama menanti hukum Allah di tegakkan pada dirinya. Namun, wanita itu tegar dengan iman yang ada pada jiwanya, dia menanti dan menunggu sampai dua tahun telah dijalani dalam masa penyapihan, maka wanita itu kembali datang kepada Rasulullah bersama sang bayi sambil membawa makanan untuk diperlihatkannya kepada Rasulullah bahwa anaknya telah makan. Maka di waktu yang telah dijanjikan oleh Rasulullah kepada wanita tersebut, hingga tibalah saatnya wanita itu dirajam. Rasulullah berkata kepada para sahabatnya setelah wanita itu mendapatkan apa yang telah di inginkannya : “Wanita ini telah bertaubat, dan sekiranya taubat wanita ini di bagikan kepada tujuh puluh orang dari penduduk kota madina, maka taubat wanita ini masih cukup untuk diberikan kepada yang lainnya”.
Renungkanlah bagaimana kekuatan iman yang ada pada diri wanita tersebut, wanita yang gembira ketika di tegakkan hukum Allah pada dirinya, wanita yang jujur pada taubatnya, wanita yang ingin bertemu dengan Allah dalam keadaan mendapatkan Ampunan. Semua hal yang telah diperbuat oleh wanita al Ghomidiyah adalah buah dari keimanan yang ada pada dirinya.

Pondasi yang kedua yang ada pada diri mereka adalah sifat tawakkal yang begitu kuat kepada Allah Azza wa Jalla. Mereka senantiasa berpijak pada firman Allah yang artinya :
"Barangsiapa yang tawakkal kepada Allah, maka sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (Terjemahan QS. Al-Anfal : 49).
Keyakinan yang kuat bahwa Allah Maha perkasa yang tidak ada yang menandingi-NYA, dan Allah Maha Bijaksana yang senantiasa bersama dan menolong hamba-hamba-NYA.

Ketika nabi Musa alaihissalam berada dalam kejaran Fir'aun la'natullah ‘alaihi, beliau pasrah dan mengembalikan semua urusannya kepada Allah Azza wa Jalla seraya berdo'a : "Allahumma Lakal hamdu, wa ilaika al musytaka wa anta al musta'an wa la hawla wa la quwwata illa billah al aliyy al azhim”. Yang artinya : “Ya Allah segala puji bagi-MU, Hanya kepada engkaulah tempat mencurahkan segala isi hati, dan engkau adalah Sang Penolong, dan tidak ada daya dan kekuatan apa pun selain daya dan kekuatan yang datang dari-MU, Tuhan yang Maha Tinggi dan Maha Agung”.
Dengan tawakkal Nabi Musa, maka Allah menyelamatkannya dan menenggelamkan fir'aun beserta bala tentaranya.

Demikian pula Nabi Ibrahim ‘alaihi salam ketika akan di bakar oleh kaumnya, maka malaikat Jibril datang dan berkata kepada Nabi : "Apakah engkau memerlukan sesuatu pertolongan dariku? Nabi Ibrahim lantas menjawab, “Aku tidak memerlukan apa-apa pertolongan darimu… Aku hanya memerlukan pertolongan dari Allah”. Kemudian nabi Ibrahim berkata “Hasbunallah wa ni'mal wakiil”. maka Allah menyelamatkan Nabi-NYA dari musuh-musuh-NYA.[]
Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dibolehkan menyebarkan konten website ini tanpa perlu izin dengan tetap menyertakan sumbernya. Tim al-Balagh Media